BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tahun 2010 merupakan tahun keluarga dan habitus baru hidup menggereja yang tengah dijalani diseluruh wilayah Keuskupan Surabaya. Paroki St. Yusuf Blitar yang merupakan bagian dari wilayah Keuskupan Surabaya, tengah mencanangkan program doa bersama dalam keluarga. Program ini mengacu pada arah dasar Keuskupan Surabaya “Gereja Keuskupan Surabaya sebagai persekutuan murid-murid Kristus yang semakin dewasa dalam iman, guyub, penuh pelayanan, dan missioner.”
Penulis sebagai seminaris pastoral yang berpastoral di stasi Ngeni, menerima tugas dari RD. Agustinus Made Adi selaku romo wilayah A, untuk mensosialisasikan program berdoa bersama dalam keluarga di stasi St. Paulus Ngeni, Paroki St. Yusuf Blitar.
Dalam kehidupan menggereja, khususnya dalam ibadat sabda tanpa imam dan perayaan ekaristi, jumlah umat yang hadir kurang dari 20% jumlah keseluruhan umat stasi St. Paulus Ngeni, Paroki St. Yusuf Blitar.
Selain itu, dalam kunjungan keluarga, penulis menemukan realita bahwa banyak keluarga tidak melakukan doa bersama dalam keluarga, yang merupakan salah satu kegiatan pemersatu dan penguat iman anggota keluarga.
Bertolak dari keprihatinan akan fakta-fakta tersebut, penulis mengangkat “Pengaruh berdoa bersama dalam keluarga terhadap kualitas hidup menggereja umat di stasi St. Paulus Ngeni, Paroki St. Yusuf Blitar” sebagai judul penelitian karya tulis ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis membatasi penelitian ini dengan difokuskan pada variabel berdoa bersama dalam keluarga dan kualitas hidup menggereja.
Dengan demikian, masalah pokok yang akan dikaji dalam karya tulis ini adalah:
1. Adakah pengaruh berdoa bersama dalam keluarga terhadap kualitas hidup menggereja umat stasi St. Paulus Ngeni, Paroki St. Yusuf Blitar?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat terlaksananya berdoa bersama dalam keluarga?
3. Bagaimanakah kualitas hidup menggereja umat stasi St. Paulus Ngeni, Paroki St. Yusuf Blitar?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, adakah pengaruh berdoa bersama dalam keluarga terhadap kualitas hidup menggereja umat di stasi St. Paulus Ngeni, Paroki St. Yusuf Blitar. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang menghambat terlaksananya berdoa bersama dalam keluarga. Dan untuk mengetahui bagaimanakah kualitas hidup menggereja umat stasi St. Paulus Ngeni, Paroki St. Yusuf Blitar.
1.4 Manfaat Penelitian
Ada banyak manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, antara lain:
1.4.1 Bagi Penulis
Untuk menyelesaikan program kelas IV di Seminari Menegah Vincentius a Paulo Garum, Blitar dan untuk mengetahui sekaligus memahami pengaruh berdoa bersama dalam keluarga terhadap kualitas hidup menggereja umat stasi St. Paulus Ngeni, Paroki St. Yusuf Blitar yang menjadi tempat penulis berpastoral.
1.4.2 Bagi Seminari
Untuk bahan berpastoral bagi generasi penerus seminaris pastoral yang berpastoral di stasi St. Paulus Ngeni, Paroki St. Yusuf Blitar selanjutnya, agar mau menindaklanjuti pembinaan umat di stasi St. Paulus Ngeni, Paroki St. Yusuf Blitar berdasarkan temuan dalam penelitian ini.
1.4.3 Bagi Umat di Stasi St. Paulus Ngeni, Paroki St. Yusuf Blitar
Untuk memberi informasi kepada umat di stasi St. Paulus Ngeni, Paroki St. Yusuf Blitar agar lebih mampu dan membiasakan berdoa bersama dalam keluarga, agar iman dan kesusilaannya semakin maju dan berkualitas.
1.4.4 Bagi Pastur Paroki St. Yusuf Blitar
Untuk memberi informasi tentang pelaksanaan program berdoa bersama dalam keluarga umat di stasi Ngeni, Paroki St. Yusuf Blitar, sehingga dapat ditindaklanjuti dan menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan pastoral selanjutnya.
1.5 Metodologi Penelitian
1.5.1 Tekhnik Pengumpulan Data
Jenis penelitian dalam karya tulis ini adalah penelitian kualitatif. Untuk memperoleh data, penulis menggunakan wawancara, angket, dan studi pustaka.
1.5.2 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah umat stasi St. Paulus Ngeni, Paroki St. Yusuf Blitar. Menurut Windianto (2010:14), jumlah keseluruhan umat katolik stasi St. Paulus Ngeni, Paroki St. Yusuf Blitar adalah 452 orang, dengan jumlah 111 kepala keluarga.
1.5.3 Sampel
Sampel yang dugunakan penulis adalah sampel daerah atau sampel wilayah (area sampling). Menurut Arikunto (2007:97), sampel daerah adalah pengambilan anggota sampel dengan mempertimbangkan wakil-wakil dari daerah geografis yang ada. Penulis memfokuskan penelitian di dua daerah yaitu sebagian umat yang berdomisili di daerah Gampingan dan Dringo, kecamatan Wonotirto. Penulis mengambil sampel hanya di dua daerah ini saja karena bertepatan dengan waktu kunjungan penulis ke daerah tersebut, dan terbatasnya waktu penulis dalam berpastoral. Penulis membatasi jumlah sampel yaitu 15 KK atau 13,5% dari jumlah populasi.
1.5.4 Metode Pengumpulan Data
a. Wawancara
Penulis mewawancarai responden dengan menggunakan panduan pertanyaan yang tertulis di angket. Hal ini penulis lakukan karena penulis menganggap responden belum dapat memahami pertanyaan yang tertulis di angket, dan juga responden belum bisa terbuka dalam menjawab pertanyaan angket.
b. Angket Campuran
Merupakan perpaduan dari angket terbuka dan tertutup. Dalam pelaksanaan penelitian di lapangan, angket ini penulis gunakan sebagai panduan pertanyaan wawancara. Hal ini penulis lakukan karena penulis menganggap responden belum dapat memahami pertanyaan yang tertulis di angket, dan juga responden belum bisa terbuka dalam menjawab pertanyaan angket tersebut.
b. Studi Pustaka
Penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber buku dan internet mengenai doa, keluarga, hidup menggereja, dan data umat stasi Ngeni.
1.5.5 Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data penelitian deskriptif. Data yang terkumpul diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata atau simbol (Arikunto.2006:239).
BAB II
LANDASAN TEORI
BERDOA BERSAMA DALAM KELUARGA
2.1 Berdoa Bersama Dalam Keluarga
Komisi Liturgi KWI (1992:6) mengungkapkan bahwa Gereja sebagai masyarakat kaum beriman, memiliki bermacam-macam kebiasaan. Dalam perjalanan sejarah, kebiasaan itu telah membentuk, menopang, membangun jemaat beriman. Di dalam sepuluh kebiasaan orang Kristen, terdapat kebiasaan untuk berdoa bersama dalam keluarga.
2.2 Pengertian Berdoa Bersama Dalam Keluarga
Menurut Daryanto S.S (1997:494), berdoa berarti mengucapkan (memanjatkan) doa kepada Tuhan. Kata berdoa berasal dari kata dasar doa yang memperoleh imbuhan ber-. Menurut Daryanto S.S (1997:494), doa adalah permohonan sakral/suci kepada Tuhan.
Menurut KWI (1996:194), doa pertama-tama dan terutama suatu pernyataan iman dihadapan Allah. Doa pada dasarnya berarti mengangkat hati kepada Tuhan, menyatakan diri anak Allah, mengakui Allah sebagai Bapa.
Menurut ensiklopedi bebas Wikipedia, keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga "kulawarga" yang berarti "anggota" "kelompok kerabat. Menurut Yosef Marianus Hello (2004:13), keluarga berarti suatu persekutuan hidup, komunitas insani. Seorang pria dan wanita yang telah menikah secara sah, bapak, ibu, dan anak-anaknya atau saudara-saudara sekandung termasuk ‘keluarga’. Menurut A. Heuken SJ (2005:122), keluarga merupakan suatu kesatuan sosial berdasarkan biologis, ekonomis, emosional dan rohani, yang bertujuan mendidik dan mendewasakan anak-anak sebagai anggota masyarakat luas maupun terbatas. Dasarnya adalah ikatan perkawinan ayah-ibu.
Menurut Kirchberger dan Prior (2001:32), keluarga adalah sekolah dan sanktuarium cinta kasih dimana manusia untuk pertama kalinya mengalami cinta kasih dan belajar seni cinta kasih serta doa. Keluarga adalah buaian pembentukkan iman dan sekolah untuk menularkan nilai-nilai injil, ajang pertama bagi sosialisasi dan pembangunan seorang anak.
Menurut Paus Yohanes Paulus II (1993: ), keluarga adalah:
Ikatan antara orang-orang yang berusaha supaya cinta makin hari makin menghangatkan persatuan mereka.
Berdasarkan perkawinan; didalamnya pria dan wanita sama derajatnya dan anak-anak adalah hadiah yang paling berharga.
Sekolah kebajikan manusiawi, tempat semua anggota keluarga saling belajar dan melayani
Sel kehidupan masyarakat tempat orang muda mempelajari secara praktis bagaimana menghargai nilai keadilan, hormat, dan cinta kasih
Gereja Domestik atau ‘Gereja rumah tangga’, tempat kehidupan iman, harapan, dan cinta kristiani ditanam dan dikembangkan dalam generasi muda.
Dengan demikian, berdoa bersama dalam keluarga berarti mengucapkan atau memanjatkan doa kepada Tuhan secara bersama-sama dengan bapak, ibu, anak-anaknya atau saudara-saudara sekandung.
2.3 Pentingnya Berdoa Bersama Dalam Keluarga
Menurut Paus Yohanes Paulus II (1993:90), doa keluarga memiliki ciri-ciri sendiri. Doa itu dipanjatkan bersama: suami dan isteri bersama-sama, orang tua dan anak-anak bersama-sama. Persekutuan dalam doa sekaligus merupakan konsekuensi dan persyaratan persekutuan yang dikurniakan melaui sakramen baptis dan pernikahan. Kata-kata yang mengucapkan janji Tuhan Yesus bahwa Ia akan hadir, dapat diterapkan pada para anggota keluarga kristen secara khas: “Aku berkata kepadamu: jika dua orang dari padamu didunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang disurga. Sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, disitu Aku ada ditengah-tengah mereka.”
Bahan khusus bagi doa bersama dalam keluarga ialah kehidupan keluarga itu sendiri, yang dalam segala situasinya yang silih berganti dipandang sebagai panggilan dari Allah dan dihayati sebagai tanggapan manusia selaku putera atau puteri-Nya terhadap panggilan-Nya. Suka maupun duka, harapan dan kekecewaan, kelahiran anak dan ulang tahun, ulang tahun pernikahan orang tua, keberangkatan, perpisahan dan pulangnya anggota, keputusan-keputusan yang penting dan berjangkauan jauh, kematian mereka yang sangat dicintai, dan sebagainya, - semuanya itu menandai campur tangan Allah yang penuh kasih dalam riwayat keluarga. Hendaklah peristiwa-peristiwa itu dianggap sebagai saat-saat yang cocok untuk bersyukur kepada Allah, memohon sesuatu, untuk penyerahan keluarga penuh kepercayaan kedalam tangan Bapa mereka bersama di surga. Martabat serta tanggungjawab keluarga kristen selaku Gereja rumah tangga, hanyalah dapat terwujudkan berkat bantuan Allah yang tidak pernah berhenti, yang pasti akan diberikan bila itu dimohon dengan rendah hati dan penuh kepercayaan dalam doa.
Peschke (2003:157) menyatakan bahwa, keluarga-keluarga dipanggil untuk mempertahankan dan memajukan kebiasaan doa bersama. Kebiasaan doa bersama pada pagi hari dan malam hari bersama dengan anak-anak, dan doa bersama pada saat makan, sangat patut dipuji. Sebuah keluarga yang tidak lagi berdoa bersama akan perlahan-lahan mengalami pemiskinan dalam semangat Kristen dan akan menjadi semakin sekular.
Menurut Heuken (2005:126), doa bersama seluruh keluarga niscaya memberi kekuatan untuk mengamalkan janji yang diberikan satu sama lain pada hari perkawinan.
Sedangkan menurut Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes, mengikuti teladan orangtua dan berkat doa keluarga, anak-anak, bahkan semua yang hidup di lingkungan keluarga, akan lebih mudah menemukan jalan perikemanusiaan, keselamatan dan kesucian. Suami, istri yang mengemban martabat serta tugas kebapaan dan keibuan, akan melaksanakan dengan tekun kewajiban memberi pendidikan terutama di bidang keagamaan, yang memang pertama-tama termasuk tugas mereka.
2.4 Peran Keluarga Dalam Kehidupan Gereja
Paus Yohanes Paulus II (1993:76), dalam anjuran apostolik Familiaris Consortio mengatakan beberapa pernyataan berikut:
Tugas fundamental mendasar keluarga Kristen peran sertanya dalam Gereja. Keluarga dipanggil untuk pengabdian demi pembangunan kerajaan Allah dalam sejarah dengan ikut menghayati kehidupan dan misi Gereja (FC.49).
2. Dengan memaklumkan sabda Allah, Gereja mengungkapkan identitasnya kepada keluarga kristiani itu menurut hakekatnya dan seharusnya menurut rencana Tuhan, dengan merayakan sakramen-sakramen, Gereja memperkaya dan memperkuat keluarga dengan rahmat Kristus demi pengudusannya dan kemuliaan Allah, sehingga keluarga itu dapat meneladani dan menghayati kembali pemberian diri dan kasih pengorbanan Tuhan Yesus bagi seluruh umat manusia (FC.49).
Keluarga Kristiani dipanggil untuk secara aktif dan bertanggung jawab ikut serta menjalankan perutusan Gereja dengan cara yang asli dan istimewa, membawakan diri, dalam kenyataan maupun kegiatannya sebagai ”persekutuan mesra kehidupan dan cinta kasih.” Dalam pengabdian kepada Gereja dan masyarakat (FC.50)
4. Sebagai pengambil bagian dalam hidup dan perutusan Gereja, keluarga menunaikan peran kenabiannya dengan menyambut dan mewartakan sabda Allah: dengan demikan keluarga mafia makin menjadi persekutuan yang beriman dan mewartakan injil (FC51).
Kristiani diminta untuk mempersembahkan kepatuhan iman mereka dapat menemukan dan mengagumi dengan penuh syukur dan sukacita martabat perkawinan dan keluarga yang telah diangkat oleh Allah sedemikian luhur atas perkenaan-Nya (FC.51)
Dalam dan melalui kejadian-kejadian, masalah-masalah, kesulitan-kesulitan, dan berbagai keadaan hidup, Allah mendatangi mereka, menyatakan dan menyajikan ‘tuntutan-tuntutan’ konkret partisipasi mereka dalam cinta kasih Kristus kepada Gereja-Nya dalam situasi khusus keluarga, masyarakat, dan umat yang mereka alami (FC.51)
Keluarga Kristiani merupakan bagian dari umat imami, yakni Gereja. Melalui sakramen perkawinan, keluarga kristiani terus menerus dihidupkan oleh Tuhan Yesus dan dipanggil serta dilibatkan kedalam dialog dengan Allah melalui sakramen-sakramen, persembahan hidup dan doa. Dengan cara itu keluarga dipanggil untuk dikuduskan.
Dengan mewartakan sabda Allah, Gereja memaparkan kepada keluarga kristen jatidirinya yang sesungguhnya, sebagaimana adanya dan bagaimana seharusnya menurut rancangan Tuhan. Pelayanan orangtua berupa pewartaan injil dan katekese harus memainkan peranan dalam kehidupan anak-anak mereka, juga di masa remaja dan masa muda, bila anak-anak- seperti kerap kali terjadi – menantang atau bahkan menolak iman kristen yang mereka terima selama tahun-tahun sebelumnya.
HIDUP MENGGEREJA
2.2 Hidup Menggereja
Komisi Liturgi KWI (1992:6) mengungkapkan bahwa Gereja sebagai masyarakat kaum beriman, memiliki bermacam-macam kebiasaan. Dalam perjalanan sejarah, kebiasaan itu telah membentuk, menopang, membangun jemaat beriman. Berikut adalah beberapa kebiasaan yang telah membentuk. menopang, membangun jemaat beriman:
2.2.1 Berhimpun Pada Hari Minggu
Pada hari Minggu, umat Kristen wajib berhimpun untuk perayaan Ekaristi, atau untuk Perayaan Sabda (lih. KHK 1247-1248). Kebiasaan ini didasarkan pada tradisi para rasul yang berpangkal pada hari kebangkitan Kristus sendiri. Pada hari Minggu, Gereja berkumpul untuk merayakan misteri Paskah, yakni mengenangkan sengsara, wafat, kebangkitan, dan kemuliaan Tuhan Yesus. Dalam pengenangan ini, Gereja mendengarkan sabda Allah dan berpartisipasi dalam Ekaristi; Gereja juga bersyukur kepada Allah yang telah “melahirkan kembali mereka kedalam hidup yang penuh pengharapan” ( lih. 1 Ptr 1:3; KL 106).
2.2.2 Membaca Kitab Suci
Gereja menghendaki agar khazanah Kitab suci dibuka lebih lebar kepada umat (lih. KL 51), sebab di dalam Kitab Suci Allah sendiri bersabda kepada umat-Nya, dan Kristus mewartakan kabar gembira Injil (lih. KL 184). Kitab Suci adalah sumber dan dasar iman kita. Dengan membaca kitab suci, kita mengenal Kristus. Tidak mengenal kitab suci berarti tidak mengenal Kristus, dan pengenalan akan Yesus Kristus ini lebih mulia daripada segala sesuatu (lih. DV 25). Dengan rajin membaca kitab suci, banyak orang telah memperoleh pengalaman serta kekuatan iman yang mengagumkan, terutama mereka yang tidak hanya membaca, tetapi juga mengamalkannya (lih. Yak 1:22)
2.2.3 Berdoa Bersama Dalam Keluarga
Keluarga orang beriman adalah “Gereja Kecil”. Gereja sungguh terwujud dalam keluarga jika para anggota keluarga berhimpun dalam nama Tuhan. dalam himpunan ini tergenapilah janji Tuhan kepada umat-Nya, “Dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, disitu Aku ada di tengah-tengah mereka” (Mat 18:20)
Doa bersama ini dapat dilakukan dalam dua bentuk: pertama, semua anggota keluarga berkumpul di suatu tempat dan pada saat yang sama untuk berdoa bersama. Kedua, mereka berkumpul pada jam yang sama. Bila anggota keluarga tidak mungkin berkumpul (misalnya ada anggota yang sedang bepergian), keluarga dapat menetapkan jam tertentu untuk berdoa, sehingga kendati berjauhan tempat, mereka merasakan adanya kebersamaan dalam doa.
2.2.3 Berdoa Secara Pribadi
Disamping ibadat harian dan berdoa bersama, umat beriman dianjurkan agar selalu berkanjang dalam doa, sebagaimana diajarkan oleh Rasul Pulus (lih. 1 Tes 5:17). Gereja menandaskan: selain dipangil untuk berdoa bersama, orang Kristen harus juga masuk kedalam biliknya untuk berdoa secara pribadi seperti dikatakan Yesus sendiri, “jika engkau berdoa masuklah kedalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada ditempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (lih Mat 6:6;KL 12).
2.2.4 Terlibat Dalam Kehidupan Jemaat Setempat (Lingkungan, Stasi, Paroki)
Kita adalah tubuh Kristus. Setiap anggota mempunyai tugas dan peranan yang khas, yang tak tergantikan (lih. 1 Kor 12:12-31). Maka setiap anggota jemaat harus sungguh terlibat dalam semua segi kehidupan Gereja (persekutuan, liturgi, pewartaan, dan pelayanan) baik dalam lingkup lingkungan, stasi, maupun paroki. Mereka juga terikat dengan kewajiban membantu memenuhi kebutuhan Gereja (lih. KHK 222).
2.2.5 Terlibat Dalam Masyarakat
Dalam kotbah di bukit, Tuhan Yesus menegaskan bahwa kita adalah garam dan terang dunia (lih. Mat 5:13-16). Maka setiap orang beriman dituntut sungguh-sungguh melibatkan diri dalam masyarakat, dan lewat keterlibatan ini mengamalkan amanat Yesus menggarami dan menerangi dunia .
Mereka hendaklah sungguh terlibat dalam kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan masyarakat, terutama yang miskin dan terlantar (lih. GS 1)
BAB III
PAPARAN DATA
Dalam bab ini, diuraikan data yang telah dikumpulkan oleh penulis melalui wawancara, dan studi pustaka. Bab III ini dibagi menjadi dua sub bab, yaitu sub bab paparan data wawancara dan sub bab paparan data studi pustaka. Pada sub bab paparan data wawancara, dibahas beberapa hal mengenai doa bersama dalam keluarga, keaktifan umat dalam mengikuti kegiatan stasi, keaktifan dan keterlibatan umat dalam masyarakat, kebiasaan doa pribadi, kebiasaan membaca kitab suci, dan pengaruh doa bersama dalam keluarga terhadap kehidupan menggereja. Sedangkan di dalam sub bab paparan data studi pustaka, dipaparkan data jumlah umat katolik di Stasi Ngeni, dan bentuk kegiatan umat.
3.1 Paparan Data Wawancara
Paparan data wawancara di bagi menjadi dua pola yaitu paparan data wawancara kuantitatif dan paparan data wawancara kualitatif.
Tabel 3.1.1 Paparan Data Wawancara Kuantitatif
1. Apakah keluarga anda mengadakan doa bersama?
Pertanyaan No. Jumlah Jawaban Ya Prosentase Jumlah Jawaban Tidak Prosentase
1 5 33,33% 10 66,67%
2. Apakah keluarga anda mengadakan doa bersama secara rutin? siapa saja yang ikut berdoa bersama?
Pertanyaan No. Jumlah Jawaban Ya Prosentase Jumlah Jawaban Tidak Prosentase
2 1 13,3% 14 86,7%
3. Apakah keluarga anda sering mengikuti ibadat sabda dan misa di hari minggu?
Pertanyaan No. Jumlah Jawaban Ya Prosentase Jumlah Jawaban Tidak Prosentase
3 14 93,3% 1 6,7%
4. Apakah keluarga anda terlibat secara aktif dalam stasi?
Pertanyaan No. Jumlah Jawaban Ya Prosentase Jumlah Jawaban Tidak Prosentase
4 12 80% 3 20%
5. Apakah keluarga anda terlibat aktif dalam masyarakat?
Pertanyaan No. Jumlah Jawaban Ya Prosentase Jumlah Jawaban Tidak Prosentase
5 13 86,67% 2 13,33%
6. Apakah anggota keluarga anda berdoa secara pribadi?
Pertanyaan No. Jumlah Jawaban Ya Prosentase Jumlah Jawaban Tidak Prosentase
6 14 93,3% 1 6,7%
7. Apakah keluarga anda rajin membaca kitab suci?
Pertanyaan No. Jumlah Jawaban Ya Prosentase Jumlah Jawaban Tidak Prosentase
7 7 46,67% 8 53,33%
8. Apakah doa bersama dalam keluarga anda berpengaruh terhadap kehidupan menggereja? Sebutkan!
Pertanyaan No. Jumlah Jawaban Ya Prosentase Jumlah Jawaban Tidak Prosentase
8 5 33,33% 10 66,67%
Tabel 3.1.2 Paparan Data Wawancara Kualitatif
No. Pertanyaan Jawaban
1. Belum terbiasa
Hidup sendiri, anak-anak banyak yang merantau
Keluarga Jarang berkumpul
Tuna aksara
2. Ya, rutin. Bapak, ibu, anak
Tidak rutin. Bapak , ibu, anak
3. Ya, setiap Minggu
Tidak, karena jarak antara rumah dan gereja berjauhan
4. Tergabung dalam kepanitiaan peringatan hari raya Natal dan Paskah
Doa keluarga (brayatan)
Anggota Koor
Asisten imam (AI)
5. Kendurian (genduren)
Kerja bakti
PKK
Kepengurusan pembagian air
Saling berkunjung
Hajatan
6. Doa malam
Doa pagi
Novena tiga kali salam maria
Doa Rosario
Doa pribadi
7. Ya, sambil mengisi waktu senggang
Tidak, karena Kitab Sucinya hilang
8. Saling menguatkan
Saling mengingatkan
Tidak malas ke gereja
Iman semakin kuat
Doa menjadi semangat utama untuk lebih aktif di gereja
3.2 Paparan Data Studi Pustaka
3.2.1 Data Umat Katolik Stasi Ngeni
Berikut ini adalah data mengenai umat katolik di stasi Ngeni per Juni 2009, berdasarkan sensus yang telah dilakukan oleh seorang suster Alma yang bertugas di stasi Ngeni (hari Sabtu-Minggu) sejak Januari 2009 sampai dengan Januari 2010.
Jumlah Umat Katolik
Jumlah Kepala Keluarga (KK) : 111 KK
Jumlah keseluruhan umat Katolik : 452 orang
Jumlah umat dibawah usia 13 tahun : 86 orang
Jumlah umat yang berusia 14-21 tahun : 75 orang
Jumlah umat yang berusia 21-45 tahun : 168 orang
Jumlah umat diatas usia 45 tahun : 123 orang
3.2.2 Bentuk Kegiatan Umat
Kegiatan rutin yang diadakan di stasi Ngeni setiap minggunya adalah sebagai berikut:
1. Perayaan Ekaristi
Sebagai stasi yang memiliki umat yang cukup besar (111KK/ 452 jiwa), stasi Ngeni mendapatkan kesempatan untuk merayakan perayaan ekaristi sebanyak dua kali dalam sebulan, yaitu pada minggu I dan III.
2. Ibadat Sabda Hari Minggu Tanpa Imam
Bila pada Minggu I dan III diadakan perayaan ekaristi yang dilayani oleh para imam, maka pada hari Minggu selain itu (Minggu II, IV, atau V) dilakukan ibadat sabda yang dilayani oleh frater dari Seminari menengah Garum, dengan didampingi oleh seorang asisten imam untuk pembagian hosti kepada umat.
3. Doa Keluarga
Dalam kehidupan umat stasi , istilah yang digunakan untuk menyebut doa keluarga ini adalah brayatan. Brayatan dilakukan sekali dalam seminggu oleh masing-masing kelompok. Secara umum, brayatan dimulai dimulai pukul 19.00 WIB dan berakhir pada pukul 21.00 WIB. Di stasi Ngeni telah dibagi 5 (lima) kelompok koordinasi umat berdasarkan wilayah dan waktu pelaksanaannya. Berikut ini adalah pembagian kelompok-kelompok tersebut beserta jadwal brayatan yang telah menjadi kesepakatan umat stasi :
Tabel 3.2.2 Pembagian Kelompok Doa Keluarga
No. Kelompok Pelaksanaan
Hari Waktu
1 Ngaringan Senin pk.19.00 WIB
2 Bp. Suratin Selasa pk.19.00 WIB
3 Bp. Boyman Kamis pk.19.00 WIB
4 Bp. Mujiono Jumat pk.19.00 WIB
5 Bp. Toeran Sabtu pk.19.00 WIB
Berikut ini adalah paparan data tentang jumlah rata-rata umat yang hadir dalam ketiga kegiatan di atas (perayaan ekaristi, ibadat sabda hari Minggu tanpa imam, dan doa keluarga/ brayatan) berdasarkan pengamatan seminaris pastoral selama bertugas di stasi Ngeni.
Jumlah umat yang hadir dalam perayaan ekaristi : 80orang
Jumlah umat yang hadir dalam ibadat sabda hari Minggu : 50 orang
Jumlah umat yang hadir dalam brayatan : 25 orang
BAB IV
ANALISIS DATA
Setelah mengetahui paparan data penelitian, sekarang kita beralih ke dalam bab pembahasan. Dalam bab pembahasan ini, penulis menggunakan metode analisis data kualitatif.
4.1 Kualitas Hidup Menggereja Umat di Stasi St. Paulus Ngeni, Paroki St. Yusuf Blitar
Untuk indikator hidup menggereja, penulis menggunakan enam diantara sepuluh kebiasaan orang Kristen yaitu, berhimpun pada hari Minggu, membaca kitab suci, berdoa bersama dalam keluarga, berdoa secara pribadi, terlibat dalam kehidupan jemaat setempat (lingkungan, stasi, paroki), dan terlibat dalam kegiatan di masyarakat.
Untuk kegiatan berdoa bersama dalam keluarga, 33,33% responden melakukannya, sedangkan 66,67% responden tidak melakukannya. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang menyebabkannya, diantaranya yaitu keluarga jarang berkumpul, belum terbiasa, hidup sendiri (anak-anak tinggal di luar kota Blitar), dan tuna aksara. Pengaruh-pengaruh berdoa bersama dalam keluarga terhadap kehidupan menggereja umat stasi St. Paulus Ngeni, paroki St. Yusuf Blitar antara lain: anggota keluarga saling menguatkan imannya; anggota keluarga saling mengingatkan; tidak malas untuk beribadah ke gereja; iman anggota keluarga semakin kuat; doa menjadi semangat utama untuk lebih aktif di gereja
93,3% keluarga melakukan ibadat sabda dan misa di hari minggu, sedangkan 6,7% keluarga tidak melakukannya. Ada keluarga yang menjawab ya, setiap Minggu, kemudian ada juga keluarga yang menjawab Tidak, karena jarak antara rumah dan gereja berjauhan.
80% keluarga terlibat secara aktif dalam kegiatan stasi, misalnya tergabung dalam kepanitiaan peringatan hari raya Natal dan Paskah, hadir dalam doa keluarga (brayatan), menjadi anggota koor, dan menjadi Asisten imam (AI). Sedangkan 20% keluarga tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan stasi.
86,67% keluarga terlibat aktif dalam kegiatan di masyarakat, misalnya kendurian, kerja bakti, PKK, kepengurusan pembagian air, saling berkunjung, dan hajatan. Sedangkan 13,33% keluarga tidak aktif dalam kegiatan di masyarakat.
93,3% keluarga berdoa secara pribadi. Doa-doa pribadi tersebut antara lain doa malam, doa pagi, novena tiga kali salam maria, doa rosario, dan doa pribadi. Sedangkan 6,7% keluarga tidak melakukannya.
46,67% keluarga rajin membaca kitab suci, mereka membacanya ketika mengisi waktu senggang. Sedangkan 53,33% keluarga tidak melakukannya, karena kitab sucinya hilang.
Dari berbagai kegiatan hidup menggereja diatas, dapat dilihat bahwa kualitas hidup menggereja umat di stasi St. Paulus Ngeni berpredikat ‘baik’, karena 4 diantara 6 kebiasaan orang Kristen, prosentase yang diperoleh diatas 50%.
Dari 15 keluarga, hanya 1 keluarga yang melakukan doa bersama dalam keluarga secara rutin. Faktanya, keterlibatan aktif 80% keluarga dalam berbagai kegiatan hidup menggereja secara intern di stasi, dan keterlibatan aktif 86,67% keluarga dalam kegiatan di masyarakat (hidup menggereja secara ekstern), itu bukan pengaruh dari kegiatan berdoa bersama dalam keluarga. Sehingga berdoa bersama dalam keluarga tidak berpengaruh terhadap kualitas hidup menggereja umat di stasi St. Paulus Ngeni, Paroki St. Yusuf Blitar. Adapun beberapa pengaruh berdoa bersama dalam keluarga terhadap kehidupan menggereja umat stasi Ngeni:
1. Anggota keluarga saling menguatkan imannya.
2. Anggota keluarga saling mengingatkan
3. Tidak malas untuk beribadah ke gereja
4. Iman anggota keluarga semakin kuat
5. Doa menjadi semangat utama untuk lebih aktif di gereja
4.2 Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Berdoa Bersama Dalam Keluarga
Berdasarkan hasil wawancara, yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan berdoa bersama dalam keluarga, adalah:
Keluarga jarang berkumpul
Belum terbiasa
Hidup sendiri (anak-anak tinggal di luar kota Blitar)
Tuna aksara
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan analisis data hasil penelitian, maka penulis dapat mengambil 3 kesimpulan, yaitu:
Ø Berdoa bersama dalam keluarga tidak berpengaruh terhadap kualitas hidup menggereja umat Stasi Ngeni.
Ø Kehidupan menggereja umat stasi Ngeni berpredikat ‘baik’
Ø Faktor-faktor penghambat berdoa bersama dalam keluarga :
a. Keluarga jarang berkumpul.
b. Belum terbiasa
c. Hidup sendiri, anak-anak banyak yang merantau
d. Tuna Aksara
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran untuk beberapa pihak, diantaranya:
1. Bagi Seminaris Pastoral Yang Bertugas Di Stasi Ngeni Selanjutnya
Seminaris pastoral yang bertugas di stasi Ngeni selanjutnya diharapkan untuk melanjutkan program pastur paroki, yaitu berdoa bersama keluarga di setiap keluarga yang ditinggali maupun yang dikunjungi.
2. Bagi Umat Stasi Ngeni
Diharapkan untuk membiasakan berdoa bersama dalam keluarga dan berdoa bersama di dalam kelompok doanya masing-masing.
3. Pastur Paroki St. Yusuf Blitar
Diharapkan untuk memperhatikan dan menghimbau umatnya, khususnya umat stasi Ngeni untuk membiasakan berdoa bersama dalam keluarga dan dalam kelompok doanya masing-masing.
4. Penulis selanjutnya
Disetiap stasi tempat seminaris pastoral bertugas, pasti mempunyai permasalahan tersendiri. Maka, diharapkan untuk meneliti permasalahan-permasalahan yang ada di stasi tempatnya bertugas, karena hal ini merupakan sumbangan pemikiran untuk memecahkan berbagai permasalahan di stasi tempatnya bertugas.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta : cet. ke-9, 2007.
Hardawiyana, R. Familiaris Consortio (Keluarga). Jakarta : Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI. Cet. ke-3, 1995
Heuken, A. Ensiklopedia Gereja Katolik 2.Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka 2004. KWI. Iman Katolik. Yogyakarta: KANISIUS,1993
Irawan, Bagus. Menyikapi Masalah-Masalah Keluarga. Yogyakarta:Yayasan Pustaka Nusatama. Cet, I, 2007
Komisi Liturgi KWI. Puji Syukur. Jakarta: OBOR, 2007
Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia. Cet. Ke- 27, 2008
Peschke, Karl - Heinz. Etika Kristiani jilid II. Surabaya: Sylvia, 2003
S. S, Daryanto. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya : Apollo, 1997
Sekretariat KWI. Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici). Jakarta:OBOR, 1991
Windianto, Aloysius Angga. Laporan Pertanggungjawaban Pastoral di Stasi Ngeni th. 2009-2010. (Tidak Diterbitkan), 2010
SUMBER PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga diakses pada hari Sabtu, 11 Desember 2010 pk. 13.00
LAMPIRAN
Daftar Nama-Nama Responden
1. Bp. Muntari
2. Ibu A.M Wiyasri
3. Bp. Sukur
4. Ibu Veronika Tanem
5. Bp. Aper
6. Bp. Misiadi
7. Bp.Suhud
8. Bp.Sunggono
9. Bp.Munari
10. Bp.Tanu
11. Bp.Mujiono
12. Bp.Boyamin
13. Bp.Yajikun
14. Bp.Dugel
15. Bp.Warno
BIODATA PENULIS
Penulis bernama Bonaventura Mario. Pria yang memiliki hobi berenang dan bermain tenis meja ini lahir di Surabaya pada tanggal 7 September 1991. Ia adalah putra ke-2 dari dua bersaudara. Putra kedua dari pasangan Thomas Sugeng Praptono dan Maria Goretti Suhendarsih ini pernah menjalani pendidikan di berbagai sekolah, diantaranya:
1. TK Andita Surabaya
2. SDN Kaliasin VII Surabaya
3. SDN Kebonsari II Surabaya
4. SMPN 22 Surabaya
5. SMAN 10 Surabaya
6. Seminari Menengah Vincentius A Paulo Garum-Blitar
Selama menjalani pembinaan di Seminari Menengah Vincentius A Paulo Garum-Blitar, penulis pernah menjabat dalam kefungsionarisan antara lain:
1. Ketua Kelas Khusus
2. Seksi Canis
3. Pamong Ruang Tidur 1
4. Seksi Oratorium dan Adorasi
Bila ada keperluan atau ingin mengenal lebih jauh lagi tentang penulis, anda dapat menghubungi via e-mail dan Face Book: bonaventuramario@ymail.com
1 komentar:
it's my second KTI in my life
Posting Komentar