Sabtu, 01 Juni 2013

Refleksi Studi Bulan September 2012



Refleksi Studi Bulan September 2012
Oleh : Fr. Bonaventura Mario ( Filosofan 1)

         A
ku merasa beruntung bisa belajar filasafat di Seminari ini. Keberuntungan ini bukan saja karena aku tidak membayar uang kuliah dan uang asrama, tetapi beruntung karena aku memperoleh ilmu yang akan membuat diriku lebih bijaksana. Kebijaksanaan itu sangat penting bagiku, terutama bila disangkutkan dengan panggilanku menuju imamat. Untuk menjadi seorang gembala, haruslah bijaksana, apalagi jika melakukan karya penggembalaan di dunia yang semakin kompleks permasalahannya ini. Banyak umat yang menantikan homili dan arahan-arahan yang menjawabi permasalahan di dunia ini, terlebih lagi permasalahan yang kontekstual dalam kehidupan mereka. Namun yang terpenting dari itu semua, adalah mengarahkan mereka kepada Tuhan.  Untuk menjawabi kebutuhan akan kebijaksanaan yang sedemikian besar inilah aku merelakan diriku untuk belajar filsafat.
        Ada 8 mata kuliah yang kupelajari di semester 1 ini. Sebagian mata kuliah mengarahkanku untuk berpola pikir yang logis, sistematis, dan analitis, misalnya saja logika, metodologi penelitian filsafat, epistemologi, dan pengantar filsafat. Sedangkan sebagian mata kuliah yang lainnya, mengarahkanku untuk mencari sebab-sebab dan hakikat yang terdalam dari realitas kehidupan ini, misalnya saja metafisika, filsafat agama, seminar Plato, dan sejarah filsafat Yunani kuno.
Untuk mata kuliah metafisika, aku merasa kering dan hampir tidak mempedulikan mata kuliah itu. Bila dibandingkan dengan universitas yang lain, metafisika diletakkan di akhir-akhir perkuliahan, namun disini malah diletakkan di awal perkuliahan. Sempat muncul rasa protes di dalam diri karena aku merasa kesulitan, namun Tuhan menjawab hal ini lewat teman-teman dan kakak tingkat yang membagikan hasil permenungannya setelah mempelajarinya. Metafisika itu diletakkan di awal perkuliahan karena merupakan dasar untuk memahami pemikiran filsuf-filsuf metafisik yang akan di ajarkan di semester selanjutnya. Setelah memperoleh penjelasan itu, aku justru merasa beruntung karena dipersiapkan mulai awal, sehingga nantinya tidak kaget ketika menerima kuliah-kuliah yang metafisik.
         Dalam kaitannya dengan kebijaksanaan, metafisika adalah jembatan untuk memahami hal-hal yang hakiki. Hal-hal yang hakiki adalah hal-hal yang terdalam dari realitas yang ada. Di dalam injil, Tuhan Yesus menyuruh Petrus untuk bertolak ketempat yang lebih dalam bila ingin mendapatkan tangkapan yang banyak. Begitu juga dengan kebijaksanaan, orang yang sering bertolak lebih dalam kedalam dirinya sendiri ataupun kedalam hakikat dari realitas yang ada, akan menemukan kebijaksanaan yang tak terduga dalamnya. Kesadaran yang baru ini membuatku bersemangat dalam belajar filsafat.
Duc in altum       

0 komentar:

Posting Komentar