Refleksi Studi Bulan
November 2012
Kerja Paper : Relevansikan Teori Ke
Dalam Realitas
Oleh
: Fr. Bonaventura Mario
Pada bulan November ini, para dosen mulai memberikan
tugas-tugas, baik itu tugas pribadi maupun kelompok sebagai bahan UAS.
Tugas-tugas pribadi yang diberikan dosen salah satunya adalah paper. Ada 4 tugas paper yang diberikan para
dosen kepada kami, mahasiswa tingkat I, beberapa minggu sebelum UAS. 4 tugas
paper ini belum begitu banyak bila dibandingkan dengan mahasiswa tingkat III
yang hampir semua mata kuliahnya diujikan dalam bentuk tugas paper. Aku rasa
hal ini sudah sebanding dengan pengetahuan yang sudah mereka dapatkan. Jika
pengetahuan yang diberikan kepada kita semakin banyak dan juga semakin tinggi
tingkatan kita, maka semakin banyak dan semakin tinggi pula tugas dan tanggung
jawab yang diberikan kepada kita.
Bulan ini aku merefleksikan proses pengerjaan paperku.
Dengan mengerjakan paper, aku berlatih
untuk mendaratkan filsafat yang dikenal banyak orang sebagai ilmu yang ‘mengawang-awang’.
Filsafat biasanya dikenal orang banyak sebagai ilmu yang aneh, mengawang-awang,
karena mempelajari pemikiran para filsuf yang rumit, dan tidak mendarat. Aku
mencoba mendaratkan, mengaplikasikan, dan merelevansikan pemikiran para filsuf
kedalam realitas kehidupan saat ini.
Dengan membuat paper, aku menyangkutkan materi-materi kuliah
dengan realitas. Dengan mengaplikasikan materi kuliah dalam bentuk paper, aku
sudah belajar dua kali. Selain mengulang kembali dan menganalisa pemikiran para
filsuf, aku juga mengaitkannya dengan realitas. Dengan demikian , materi-materi
kuliah bisa tersimpan di dalam otak jangka panjangku lebih lama daripada hanya
mempelajari dan mengingat konsep-konsep tanpa dikaitkan dengan realitas.
Dengan mengerjakan paper, aku berlatih untuk
mensistematisasi logika berpikirku. Apa yang aku pelajari di kuliah logika bisa
kuterapkan dalam proses pengerjaan paper.
Tidak hanya mata kuliah logika saja yang dapat ku terapkan, tetapi juga
mata kuliah Metodologi Penelitian Filsafat. Logika mempunyai peran yang cukup
penting untuk menyusun dan menganalisa suatu argumen. “Suatu argumen mempunyai
posisi yang penting dalam filsafat, karena argumen-argumen inilah yang menjadi
lahan bisnis atau sumber penghasilan seorang filsuf. Yang dijual oleh seorang
filsuf adalah argumen-argumennya,”
begitu pendapat pak Reza Wattimena sewaktu PPK dulu.
Dengan mengerjakan paper, aku belajar untuk menghargai orang
lain, secara khusus pemikirannya. Aku menghargai orang lain dengan menuliskan
sumber kutipan pada catatan kaki dan daftar pustaka. Aku bertindak demikian
bukan semata-mata karena suatu kewajiban, suatu tindakan taat hukum, melainkan
karena aku menghargai jerih payah seseorang dalam menghasilkan argumen. Untuk
menghasilkan argumen yang menjadi pengetahuan, ada orang yang tidak hanya
dengan berpikir, tetapi juga dengan riset dan penelitian yang menguras tenaga,
materi, dan waktu yang tidak sedikit. Pengetahuan yang dihasilkannya,
dituliskan dalam bentuk informasi ataupun argumentasi. Betapa besar pengorbanan
seseorang demi menghasilkan argumentasi. Jika argumen yang mempunyai latar
belakang sedemikian besar pengorbanannya ini kujiplak atau kutuliskan begitu
saja dalam tulisanku, tanpa menuliskan sumbernya, maka aku adalah orang jahat dan
egois, malahan aku bisa dipenjara. Maka
dari itu tidak mengherankan bila hukum pun melindungi orisinalitas pemikiran
seseorang.
Dalam proses pembuatan paper, aku terkagum-kagum kepada para
filsuf yang sejak ribuan tahun yang lalu, sudah memikirkan segala sesuatu secara
mendalam. Selain itu, pemikiran mereka pun tidak hilang dimakan waktu dan tetap
relevan bila dikaitkan dengan realitas zaman ini.
Bila dikaitkan dengan kehidupan pastoral, ada beberapa hal
yang dapat kurefleksikan sama dengan pembuatan paper. Dengan proses yang sama
dengan membuat paper, sabda-sabda Tuhan bisa didaratkan dan diaktualisasikan
dalam realitas zaman ini, apapun, dimanapun, dan kapanpun kita berada. Aku juga
kagum dengan sabda-sabda Tuhan yang telah disabdakan ribuan tahun yang lalu
lewat para nabi-Nya, tidak lekang dimakan waktu. Sabda-sabda-Nya masih relevan
dengan realitas zaman ini. Hebatnya lagi, masih menuntun dan mencerahkan banyak
orang, hingga sekarang.
Ternyata tugas paper yang kukerjakan selama ini tidak hanya
menjadi tugas dan tanggung jawab yang membebani, tetapi juga bisa menjadi
proses belajar yang mempunyai kaya akan makna didalamnya.
0 komentar:
Posting Komentar